Arsip Perjalanan – Gunung Prau via Patak Banteng

Pendakian ke Gunung Prau berawal dari postingan di sebuah akun media sosial Instagram yang akhirnya menarik perhatian saya. Sebuah akun yang menawarkan jasa open trip ke Gunung Prau dengan harga yang terbilang relatif murah, bahkan bisa dibilang sangat murah. Sontak saya tertarik untuk ikut bergabung.

Pada awalnya saya hanya berencana untuk berangkat sendirian, namun tiba-tiba terlintas ide ‘iseng’ saya untuk mengajak beberapa teman yang tadinya saya prediksi bakal menolak ajakan saya tersebut; Bokir, Ekay, dan Tsabit.

Di luar perkiraan, mereka justru malah menerima ajakan saya dengan penuh antusiasme. Maka berangkatlah kami berempat menuju ‘mepo’ pada hari yang telah ditentukan.

Kami berkumpul di Terminal Kp. Rambutan pada hari kamis malam hari. Setelah melakukan briefing, rombongan pun berangkat. Perjalanan menuju Wonosobo sendiri harus sedikit terkendala oleh sebab sang sopir yang kurang menguasai medan dan jalan, akibatnya rombongan kami pun mesti ‘tersesat’ dan salah jalan beberapa kali sehingga menyebabkan waktu pendakian kami menjadi molor. Kami baru sampai di Basecamp Patak Banteng menjelang maghrib keesokan harinya.

‘Ngerest’ di sebuah desa yang bersih sangat, sayangnya nggak sempet nanya nama desanya / Di perjalanan menuju Wonosobo

Rombongan akhirnya memutuskan untuk mulai mendaki selepas isya. Sekitar jam 7 malam, kami pun mulai bergerak. Trek awal pendakian sendiri akan berupa sebuah jalur tangga dan bebatuan yang terus menanjak. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di Pos 1.

‘Foto keluarga’ sebelum rombongan kami mulai trekking
Nah ini cewek-ceweknya / Para perempuan tangguh malam itu

Menuju Pos 2 jalur akan semakin menanjak dengan kondisi tanah yang licin dan berdebu pada musim kemarau, pun sebaliknya. Waktu tempuh ke Pos 2 sendiri sekitar 1 jam.

Dari Pos 2 menuju ke Pos 3, trek akan berubah dari yang tadinya tanah menjadi akar-akaran. Berhati-hatilah di sini, sebab akar-akaran akan sangat berbahaya terlebih di malam hari dan musim penghujan.

Setelah berjalan selama hampir 2 jam, kami pun akhirnya sampai di area yang nantinya akan kami jadikan tempat mendirikan tenda. Sebuah padang rumput nan luas yang orang biasa menyebutnya dengan nama; Bukit Teletubbies.

Kami tiba di sana sekitar jam setengah sebelas malam. Berarti total perjalanan yang kami tempuh sejak dari basecamp adalah sekitar 3,5 jam.

Setelah tenda selesai didirikan, kami semua bergegas masuk untuk beristirahat. Beberapa ada yang sibuk memasak dan saling mengakrabkan diri, termasuk saya. Namun itu tak berlangsung lama, suhu udara Prau yang luar biasa dingin kala itu memaksa kami untuk segera merapatkan pintu tenda dan berlindung di balik hangatnya sleeping bag masing-masing, hehe.

Keesokan harinya, rombongan pun bangun dan segera berkeliling untuk mengeksplorasi segala sudut keindahan dari Gunung Prau.

Selamat pagi, dapet salam dari Prau nih!
Sesi foto dimulai
Ceritanya candid
Ceritanya candid (lagi)
Perfection
Lanskap Prau
Pejuang weekend dan pejalan musiman
Sindoro Sumbing yang terlihat dengan jelas

Setelah puas, kami pun mulai memasak untuk bekal kami makan sebelum turun. Sesudahnya kami segera beres-beres dan beristirahat sejenak. Kira-kira sekitar jam 10 pagi, rombongan kami pun mulai turun.

Sikat!
Sesi ‘foto keluarga’ terakhir sebelum rombongan mulai bergerak turun. Sayangnya nggak bisa ikut foto waktu itu oleh karena lagi sibuk ‘keluyuran’ entah ke mana :’)
Bentang alam Wonosobo dan sekitarnya / Di perjalanan pulang

Sebuah perjalanan singkat yang cukup berkesan buat saya. Semoga bisa kembali lagi ke sini suatu saat nanti.

“Live, travel, adventure, bless, and don’t be sorry.”

Jack Kerouac

Leave a comment